Tuesday, February 20, 2007

Mayoritas Lulusan LPBA Terserap Dunia Usaha

Denpasar (Bali Post)-
Lembaga Pendidikan Bali Asia (LPBA) merupakan lembaga pendidikan yang berkomitmen bulat menggembleng para mahasiswanya menjadi tenaga kerja professional dan siap kerja. Kurikulum LPBA pun disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan dunia usaha/industri sehingga lulusannya siap menghadapi persaingan memperebutkan peluang kerja yang makin ketat.

Sampai saat ini sekitar 90 persen lulusannya terserap oleh dunia usaha/industri. Sementara sisanya melanjutkan ke berbagai perguruan tinggi sesuai bidang keahliannya. Ada pula yang kuliah sambil bekerja. Direktur Utama LPBA Putri Srinadi SE, mengatakan hal itu kepada wartawan di sela-sela wisuda II Program 1 Tahun dan 2 Tahun LPBA di Denpasar, Sabtu (17/2/) kemarin.

Menurut Srinadi, lembaga pendidikan yang dipimpinnya senantiasa mengembangkan program studi strategis sesuai dinamika kebutuhan dunia usah/industri. PAda awal pendiriannya (2002), LPBA menyelenggarakan dua program studinya yakni Teknik Informatika dan Komputer Akuntansi. Selanjutnya disusul dengan pembukaan program studi Teknik Komputer pada tahun 2003 dan Desain Grafis pada tahun 2005. Pada tahun perkuliahan 2007/2008 ini, LPBA siap membuka Manajemen Bisnis sehingga para calon tenaga kerja mempunyai pilihan yang lebih beragam dalam mempersiapkan dirinya menjadi tenaga kerja yang terampil, andal, dan professional. “Semua program studi ini sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja dan industri. LPBA memang punya komitmen bulat untuk mencetak tenaga-tenaga kerja terampil dan siap pakai serta membantu program pemerintah dalam memperkecil angka pengangguran,”ujarnya.

Pada wisuda II Sabtu kemarin, LPBA mewisuda 103 lulusannya (Program 1 Tahun dan program 2 Tahun -red) dari 129 orang yang berhasil menamatkan pendidikannya pada tahun perkuliahan ini.Hingga kini lulusan LPBA mencapai 258 orang, (kmb13/*)

Thursday, February 08, 2007

Logo STMIK Asia


Bagi temen kampus yang nyari logo ada di sini!!

MEMBATASI KEINGINAN

SEBAGAI manusia kita kurang menyadari kenyataan utama bahwa kemampuan pertimbanganlah yang membedakan kita dari hewan lain. Manusia melupakan sifat dasar kemanusiaannya. Kini manusia secara fisik berwujud manusia, tetapi kurang memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Ia hanya mengejar harta materialistik : uang, kekuasan, kedudukan, kesenangan dan kenikmatan jasmani, karena ia mengira bahwa uang atau kekayaan merupakan satu-satunya jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan. Tetapi uang atau kekayaan merupakan pangkal penyebab kehancuran. Uang tidak dapat memelihara dan melindungi kita. Namun sejumlah uang itu perlu, tetapi manusia harus dapat menempuh kehidupan yang bermakna dengan uang secukupnya atau dengan jumlah uang yang terbatas. Namun kini tindakan pelayanan atau untuk alasan itu, perbuatan apa pun yang dilakukan manusia, penuh dengan lagak, kesombongan dan ego. Selama manusia terikat oleh sifat-sifat seperti egoisme, maka ia tidak dapat memahami sifat atma. Tanpa memahami sifat atma, sifat kemanusiaan tidak akan berkembang. Jika sifat kemanusiaan tidak berkembang, maka orang itu sama sekali tidak dapat disebut manusia. Seseorang mungkin hanya manusia dalam wujudnya, tetapi ia bukan jiwa yang telah menyadari jati dirinya sepenuhnya.

Lalu bagaimana manusia memberikan pembatasan pada keinginan? manusia diperdaya oleh keinginannya yang tidak terbatas. Ia hidup dalam alam mimpi. Ia melupakan kesadaran tertinggi (Paratattva). Itulah sebabnya penting menjaga agar keinginan-keinginan kita selalu terkendali. Dan kita perlu membatasinya. Misalkan saja kita telah membelanjakan terlalu banyak uang. Daripada menghambur-hamburkan uang untuk kepentingan kita sendiri, akan lebih baik jika kita mengeluarkan uang untuk menolong orang-orang yang miskin dan melarat. Inilah makna pembatasan keinginan yang sesungguhnya. Meskipun demikian jangan keliru beranggapan bahwa memberikan uang saja sudah cukup. Jangan memberikan kepada orang lain sementara engkau membiarkan keinginanmu terus berlipat ganda. Kurangilah aneka keinginanmu karena keinginan materialistik mengakibatkan hidup yang resah da mendatangkan malapetaka. Keinginan merupakan penjara. Manusia hanya dapat dibebaskan dengan membatasi keinginan-keinginannya.
Seharusnya kita hanya boleh menginginkan kebutuhan hidup yang paling sederhana.

Sudah pasti timbul pertanyaan, bagaimana kita dapat mengurangi aneka keinginan itu ?

Pertama-tama dalam hal makanan. Makanlah hanya yang perlu dimakan. Jangan rakus. Jangan mengambil lebih dari yang dapat kita makan lalu membuang sisanya, karena membuang-buang makanan merupakan dosa besar. Kelebihan makanan itu dapat digunakan untuk memberi makan perut yang lain. Jangan membuang-buang makanan karena makanan adalah Tuhan, hidup adalah Tuhan dan manusia lahir dari makanan. Makanan merupakan sumber utama hidup, tubuh, pikiran, dan watak manusia. Bagian makanan yang kasar, yaitu bagian terbesar dari makanan yang disantap, dibuang sebagai tinja. Sejumlah kecil dari makanan itu, yaitu bagian yang halus, diserap oleh tubuh, dan mengalir sebagai darah. Sejumlah amat kecil, yaitu bagian makanan yang paling halus, membentuk pikiran. Karena itu, pikiran merupakan cerminan makanan yang dimakan seseorang. Penyebab kecenderungan jahat dan sifat-sifat kebinatangan dalam pikiran manusia dewasa ini adalah makanan yang dimakannya. Bukannya kebaikan, belas kasihan, kasih dan kesabaran, melainkan hanya sifat-sifat buruk seperti kebencian dan kelekatanlah yang dilakukan. Karena itu kualitas hidangan yang kita makan harus sangat murni, sangat bersih, sangat suci dan sattvik. Manusia mendapat makanan yang sungguh-sungguh bergizi dari hidangan semacam itu. Sejumlah besar air yang kita minum dikeluarkan sebagai air seni. Sebagian amat kecil dari air yang kita minum menjadi tenaga hidup (prana).

2.) Kedua dalam hal uang. Orang-orang India menganggap uang atau kekayaan sebagai Dewi Laksmi. Janganlah menyalah gunakan uang. Karena hanya akan menjadikan kita budak dari sifat-sifat buruk, gagasan buruk dan kebiasaan buruk. Gunakan uang yang kita miliki secara bijak untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik.

3.) Ketiga dalam hal waktu. Faktor yang paling penting dan paling diperlukan adalah waktu. Manusia tidak boleh membuang-buang waktu. Waktu harus digunakan secara bermanfaat. Waktu harus disucikan karena segala sesuatu dalam ciptaan ini tergantung pada waktu. Bahkan kitab-kitab suci kita mengatakan bahwa Tuhan disebut sebagai waktu dan bukan waktu. Tuhan tidak terbatas oleh waktu. Tuhan melampaui waktu, dan Tuhan adalah waktu, Tuhan membatasi waktu. Waktu adalah pengejawantahan Tuhan. Segala sesuatu tergantung pada waktu. Penyebab utama kelahiran dan kematian manusia adalah waktu. Waktu adalah faktor utama dalam pertumbuhan kita. Jika kita membuang-buang waktu, kita menyia-nyiakan hidup kita. Karena itu, waktu merupakan bagian hidup kita yang amat penting. Jangan merendahkan waktu dengan melewatkannya untuk ikut serta dalam percakapan yang tidak perlu atau ikut campur dalam urusan pribadi orang lain. Kebenaran dibalik ucapan, "jangan membuang-buang waktu" adalah jangan membuang-buang waktu untuk pikiran dan perbuatan yang jahat.

4.) Keempat dalam hal energi. Jangan pernah membuang-buang energi fisik, mental dan spiritual kita. Mungkin saudara bertanya, "bagaimana kami membuang-buang energi kami ?" melihat hal-hal yang buruk, mendengarkan hal-hal yang buruk, berbicara yang buruk, memikirkan gagasan yang buruk dan melakukan perbuatan buruk, semuanya itu membuang-buang tenaga. Jalan menuju Tuhan adalah tidak melihat, mendengar, bicara, berpikir atau melakukan apa pun yang buruk. Jika manusia tidak mengikuti jalan ini, ia membuang-buang tenaganya. Karena membuang-buang energi ini, manusia kehilangan daya ingat, kecerdasan, kemampuan pertimbangan dan rasa keadilan.

Pikiran kita bekerja sepanjang waktu. Karena selalu bekerja, kita menghabiskan banyak energi. Daripada menghabiskan kekuatan, energi atau tenaga dalam pemborosan mental, bukanlah lebih baik jika kita gunakan waktu yang ada untuk memikirkan gagasan-gagasan yang baik ?. saudara umat sedharma, marilah kita bersama-sama untuk selalu berusaha dalam melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan melakukan hal yang baik, karena kelima hal ini merupakan jalan untuk menuju Tuhan.**
sumber : iloveblue.com