Tuesday, January 27, 2009

Desain gambar minimonster dengan Corel Draw


gambar ini dibuat dengan menggunakan Corel Draw pada tanggal 27 Januari 2009

Desain gambar orang dengan Corel Draw X3



gambar ini dibuat dengan menggunakan Corel Draw pada tanggal 28 Januari 2009

PEDULI SESAMA UMAT MANUSIA " Dia juga saudara kita"


Ketika kita mendengar lagu ini, kepedihan yang mendalam kita rasakan
karena ribuan nyawa tremasuk anak kecil dan orang tua menjadi korban agresi militer
Israel yang menghancurkan secara membabi buta di Palestina

Wahai bangsa Israel dimana hati nuranimu, hanya karena memperebutkan sesuatu
kau tega membunuh saudaramu sendiri !!!!!!!!!


Lagu ini dapat di download di http://www.michaelheart.com/sfg/downloads/a22685d/dl.php?file=we_will_not_go_down.mp3


WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

============ ========= ====

Terjemahannya …

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Friday, January 23, 2009

Tapa Brata Rahina Suci Siwalatri

OM Swastyastu...

Setiap agama di dunia ini mempunyai cara tersendiri dalam memberikan pelajaran pada umatnya, begitu juga setiap Nabi, Orang suci, apapun namanya juga memberikan teknik tersendiri dalam mengenal Tuhanya masing-masing. Agama Hindu merupakan agama yang tertua di antara agama yang lain tidak kalah hebatnya memberikan cara, aturan, teknik, untuk mengenal jati diri atau meresapi kehidupan sekaligus mengenal Tuhan lewat "Peleburan Dosa" atau yang umum di sebut Siwa Latri, konon katanya apabila kita bisa melewati satu malam dengan melakuan japa, puasa, atau semedi dengan mengingat Tuhan dalam konsentrasi terus menerus segala dosa kita akan TERHAPUS.. begitulah cerita bapak saya waktu saya kecil sembari di iringai dengan kisah Lubdhaka.

Timbul pertanyaan dalam hati, segampang itukah manusia menebus dosa hanya satu malam langsung Tuhan mengampuni segala dosa dan sumpah serapah kita?

Sebagai anak kecil waktu itu saya membutuhkan jawaban yang pasti...namun, kepada siapa saya bertanya, bahkan semua menjawab "anak mule keto cening". Begitukah memang atau mungkin juga tidak tahu, sayapun terpaku dalam ketidak pastian.

Dalam Siwalatri Kalpa juga dijelaskan hampir mirip dengan cerita bapak saya, sehingga saya melakukan bakti Siwalatri dengan teramat buta, tidak tahu kebenaran serta filosofinya. Bahkan sekarang juga saat ini, saya mengamati sepasang muda-mudi melaksanakan pebrataan Siwalatri di bawah rindangnya pohon bakau berduri di pesisir pantai Karangasem, entah...apa yang di lakukan? Malam Siwalatri berubah menjadi malam kenikmatan yang penuh dengan desahan
nafas serta rintihan nikmat.

Saya berlari dengan hati teriris menyaksikan pemandangan itu menuju ke sebuah pura, aroma wangi dupa menyambar hidung bangkitkan bakti yang tak terbendung, terlihat orang-orang tua, duduk dengan santai sambil menghisap rokok, dan tak jauh dari mereka juga ada orang-orang duduk bersila melingkar rapi laksana kumandangkan Bajan ( kidung Brahman) alangkah kagetnya...tangan mereka dengan sangat lincah merapikan kartu-kartu CEKI karena baru saja temanya dapat memenangkan permainan tersebut.

Di saat seseorang dengan penuh bakti menggulirkan buliran-buliran tasbih menyebut nama Tuhan, tangan mereka trampil juga mengangkat gelas yang di penuhi dengan Tuak ( minuman tradisional) apakah ini sebuah cara bagi mereka untuk melewatkan malam yang penuh dengan asap yang keluar dari kepala Maha Siva? ataukah mereka tidak mengerti dengan apa itu Siwalatri"asalkan begadang aja n lulus sampai pagi dosa gue terampuni" mungkin begitu pikirnya...

Di sisi yang lain juga saya temukan segrombolan orang melakukan AGNI HOTRA, sambil mengidungkan OM NAMAH SIVAYA, gerakan mereka penuh dengan irama spirit, ada juga hanya dengan melakukan puja trisandya sambil berjapa, terbias dari wajah mereka tanda-tanda kemenangan atas penaklukan pikirannya.

Dua sisi yang penuh berlainan inikah keseimbangan?, atau ini merupakan sebuah masalah di kemudian hari untuk anak, cucu kita, entah apalagi yang berkecamuk dalam pikiran saya, bagaikan Lubdaka saya sibuk mengamati dan memikirkan tingkah mereka dari dua cara yang berlainan untuk memenangkan kebebasan dari sebuah dosa.

Pada suatu titik konsentrasi saya menemukan jawaban, kitalah yang bodoh mengartikan malam yang penuh dengan rahmat dengan sebuah cerita yang tidak lengkap dari Lubdaka, siapakah Lubdaka itu..apakah benar-benar ada cerita tersebut atau hanya dongeng untuk menakut-nakuti kita? Bukankah dengan cerita sepenggal kita akan mengambil gampangnya saja untuk penebusan dosa seperti yang saya lihat di sekitar saya ? Saya kira kita sepakat mempunyai pertanyaan seperti itu hendaknya kita cerdas dan menerima cerita lubdaka dengan spirit bukan dengan panca indra.

Yang jelas kita kekurangan tenaga-tenaga trampil intuk memberikan darma tula tentang keagamaan khususnya tentang malam Siwa latri, bagaikan menanam benih jagung maka jagunglah yang akan tumbuh bukan kacang itulah faktanya selama ini.

Lain daerah lain pula cerita tentang Sivalatri, di India sebagian penganut dan faham Siwasisme mempunyai cerita yang menarik , walau mungkin itu sekedar cerita bagi pengikutnya. Di kisahkan Siwa sedang bercakap-cakap dengan istrinya Parwati, dalam percakapan itu bertanyalah Parwati kepada Siwa "wahai kanda semua para dewa amat hormat kepadamu, begitu juga banyak pula pengikut kanda yang sangat hormat serta sujud di kakimu, tapi kenapa kanda tidak adil terhadap mereka?", tanya parwati cemas. "Dinda ketahuilah diantara sekian banyak pengikutku tidak ada yang tahu tentang kebenaran pelajaran yang aku turunkan ke mereka, ada yang ingin hal duniawi, serta banyak pula yang mereka inginkan selain itu."

"Lalu bagaimanakah caranya agar semua pengikut kanda bisa berada dalam
rangkulanmu serta bersatu denganmu", selidik Parwati.

"Dengarkanlah dinda, barang siapapun dari pengikutku yang setiap tengah malam, selalu berdoa serta berserah diri kepadaku, pada saat malamku tiba ( siwa latri) aku akan memberikan pencerahan kepadanya ( bukan menghapus dosa) apabila mereka tercerahkan dan sadar bahwa setiap benda, mahkluk yang bergerak ataupun yang tidak, pohon semuanya yang ada di tujuh dunia ini adalah ciptaanku, tidak seorangpun yang mampu memiliki secara abadi, dan apabila mereka selalu mengatasnamakan diriku ketika berbuat pada saat itulah mereka terbebas dari semua dosa, pahala dan keragu-raguan. Sangat bodolah para pengikutku apabila dia menginginkan pencerahan tanpa usaha yang keras serta tanpa penyerahan diri total, mereka tidak akan mendapatkan pencerahan hanya dengan satu malam, maka akupun akan memberikan kegelapan pada pikiranya.
Pada saat malamku ( siwalatri ) aku memberikan pencerahan dan kegelapan itulah sifatku dari dulu, sekarang, dan nanti. Mereka semua adalah berasal dari tubuhku dan semua harus kembali ke tubuhku."

Dari cerita di atas kita bisa ambil dua makna yaitu pencerahan, bukan peleburan dosa dan untuk mendapatkan pencerahan tersebut kita membutuhkan kerja keras melalui sadhana ( disiplin spiritual) terus menerus setiap malam bukan satu malam saja. Mudah-mudahan cerita di atas bisa di jadikan renungan pada malam siwa latri, serta malam-malam berikutnya sebab setiap malam adalah malamnya siwa, namun dari sekian malam ada satu malam puncak yaitu sehari sebelum tilem sasih kepitu.

Bukan bermaksud untuk menggantikan tokoh Lubdaka yang sudah populer di telinga kita bahkan di setiap pelajaran anak sekolah dasar tahu cerita tersebut namun, sekedar sebagai pembanding dari cerita yang pernah saya dengar di negeri rantau INDIA. Demikian pula bukan berarti saya guru menara gading, atau orang suci, saya hanyalah anak manusia biasa yang mencarai kebenaran, bukan pembawa kebenaran.


SEKILAS TENTANG BIODATA.

Saya lahir di belahan timur pulau Bali yaitu di Br Tegalinggah, Karangasem, bapak saya seorang petani miskin sampai saat inipun saya merasakan kemiskinan tersebut, dari umur 16 tahun saya sudah sering kemasukan dari IDA BETARA HYANG GNI JAYA, stana beliau di gunung Lempuyang. Saya memang gemar belajar ilmu kebatinan dari tenaga dalam sampai debus banten sempat pula saya pelajari, perjalanan saya selalu tidak puas dengan berbagai macam karakter ilmu, Berkat membantu menyembuhkan salah seorang anak orang kaya dari Jakarta akhirnya saya bisa berangkat ke India untuk belajar ilmu tentang meditasi serta berbagai ilmu pengobatan, perbintangan, energi atau prana dari guru-guru terkenal serta mumpuni di bidangnya.

Sepulang dari India sayapun terlunta-lunta tanpa tujuan yang pasti ilmu yang saya dapatkan di India hampir tidak berguna di Indonesia, sebab meditasi terkadang di artikan sangat aneh, tidak demikian dengan di negeri barat.

Ahkirnya saya kembali ke Bali dan belajar ilmu khas bali PENGLEYAKAN ( mistik bali) dengan salah seorang tokoh leyak terkenal dari bangli dan karangasem. Tujuannya saya belajar ilmu leyak hanyalah untuk mengetahui benarkah orang yang bisa ngeleyak bisa nyakitin ( bikin sakit orang) kenyataanya tidak demikian adanya.

Dalam keterlunta-luntaan saya tibalah saya di Jakarta dan kebetulan dipungut oleh salah seorang yang sangat baik, sekaligus saya anggap Bapak sendiri, beliau bayak memberikan masukan serta dorongan moril maupun matreiil. Gubuk tua di bilangan candra asri denpasar saya selalu sendiri serta merenungi akan keberadaan umat Hindu di tahun-tahun mendatang. Semoga umat hindu semakin maju dalam pengertian serta kesadaran tentang hakikat kehidupan yang serba tidak pasti.

SELAMAT MERAYAKAN SIAWA LATRI

Semoga semua mahkluk berbahagia
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
sumber : iloveblue

Thursday, January 01, 2009

Hari raya Saraswasti

Hari Raya Saraswati


Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.

Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.

Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik bertangan empat, biasanya tangan- tangan tersebut memegang Genitri (tasbih) dan Kropak (lontar). Yang lain memegang Wina (alat musik / rebab) dan sekuntum bunga teratai. Di dekatnya biasanya terdapat burung merak dan undan (swan), yaitu burung besar serupa angsa (goose), tetapi dapat terbang tinggi .

Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai

Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri dari peras daksina, bebanten dan sesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija (beras) kuning.

Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga.

* Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
* Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram "Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami".
* Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
* Ambil beras kuning dengan mantram : "Om, kung kumara wijaya Om phat".
* Masukkan kedalam sesangku.
* Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:


Mantra

Artinya
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam. Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca
para matma nama wanca.
rupa siddhi myaham. Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi
padma kesala warni
nityam nama Saraswat. Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.

*

Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
*

Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
o

Om, Saraswati sweta warna ya namah.
o

Om, Saraswati nila warna ya namah.
o

Om, Saraswati pita warna ya namah.
o

Om, Saraswati rakta warna ya namah.
o

Om, Saraswati wisma warna ya namah.
*

Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati
*

Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
o

Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
o

Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
o

Dewi Saraswati.

* Ucapkan mantra berikut:

Mantramnya

Artinya
Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha. Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.
Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya. Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
Om, Saraswati namostu bhyam,
Warade kama rupini,
Siddha rastu karaksami,
Siddhi bhawantume sadam. Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.


Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut :

* Meketis 3 kali dengan mantram:
o Om, Budha maha pawitra ya namah.
o Om, Dharma maha tirtha ya namah.
o Om, Sanghyang maha toya ya namah.

* Minum 3 kali dengan mantram:
o Om, Brahma pawaka.
o Om, Wisnu mrtta.
o Om, Içwara Jnana.

* Meraup 3 kali dengan mantram :
o Om, Çiwa sampurna ya namah.
o Om, Çiwa paripurna ya namah.
o Om, Parama Çiwa suksma ya namah.

* Terakhir melabahan Saraswati yaitu makan surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan memohan agar diresapi oleh wiguna Saraswati

Setelah Saraswati puja selesai, biasanya dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu semadhi ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati

Puja astawa yang disiapkan ialah : Sesayut yoga sidhi beralas taledan dan alasnya daun sokasi berupa nasi putih daging guling, itik, raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut ini dihaturkan di atas tempat tidur, dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji Saraswati.

Keesokan harinya dilaksanakan Banyu Pinaruh, yakni asuci laksana dipagi buta berkeramas dengan air kumkuman. Ke hadapan Hyang Saraswati dihaturkan ajuman kuning dan tamba inum. Tamba inum ini terdiri dari air cendana, beras putih dan bawang lalu diminum, sesudahnya bersantap nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja mantram:

* Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha.

Semua ini mengandung maksud, mengambil air yang berkhasiat pengetahuan.
sumber: babadbali.com