Sunday, May 14, 2006

Mekiis Di Segara Biaung Gianyar

Mekiis
Rabu 29 Maret 2006
Di Segara Biaung Gianyar


Hari Raya Nyepi relatif berbeda dengan upacara Hindu yang lainnya. Hari raya ini tidak menggunakan wuku dan pasaran, melainkan menggunakan perhitungan tanggal (suklapaksa) dan panglong (kresnapaksa) serta sasih. Hari Raya Nyepi adalah upacara tahun baru. Hari Suci ini jatuh pada tanggal apisan (Tithi Pratami Suklapaksa) Sasih Kadasa (Waisaka).
Upacara ini dimulai dari panglong 13 sasih Kasanga (Chaitra). Pada hari itu, umat Hindu melaksanakan Pamelastian (Mekiis/Melis). Ida Bhatara ke pantai (segara). Sesampai di pantai, umat mengambil tirta secara simbolis ke tengah Samudra. Tirta ini disebut tirta Kamandanu (Tirta Bhatara). Umata juga menghanyutkan dan meleburkan kotorannya di laut. Sehingga mereka kemudian bisa pulang dengan dipenuhi kesucian untuk menyambut sebuah zaman baru.
Dalam pelaksanaan pamelastian (mekiis/melis) yang telah terlaksana di lingkungan tempat tinggal saya. Adapun rentetan atau urutan barisan yang akan berangkat dari pura ke tempat pamelastian. Antara lain sebagai berikut :
1. Kober
Kober terletak pada barisan paling pertama dimana posisinya disebelah kanan dan kiri kukusan (pasepan) yang dapat saya amati tenatang kober itu, saya dapat melihat gambaran naga berwarna hitam dengan tangkai kober juga berwarna hitam. Sedangkan kain kober tersebut berwarna putih. Ujung tombak runcing seperti senajata. Disana saya melihat keagungan dan keindahan tersebut karena lambaian kain kober yang menarik perhatian.
2. Kukusan
Kukusan dengan bara api kecil dengan kayu dan menyan yang harum dapat mengundang mata untuk melihat asapnya yang mengepul seperti awan di langit yang indah, itulah seni pasepan yang saya lihat, sedangkan buruknya pada saat pengayah membawanya, tangan merasa panas. Namun karena ketulusan hati untuk ngaturang ngayah jadi tidak merasakan apa-apa.
3. Penastan
Yang dapat saya lihat bentuknya yang unik. Seperti mangkok dengan ukiran-ukiran bunga
4. Cecepan
Bentuk yang unik dan sederhana yang terbuat dari aluminium agar mudah dibawa dan tak mudah pecah.
5. Bersian
Adalah alat penyucian/pembersihan Ida Bhatara. Uniknya tempat-tempat kecil yang isinya bermacam-macam eteh-eteh yang bentuknya seperti tempat wedang pada jaman sekarang make, sisir, petat juga ada di dalamnya. Ukiran saab sebagai penutupnya sangat menarik hati.
6. Rantasan
Adalah symbol dari wastra/pakaian yang dipersembahkan kehadapan Ida Bhatara.


7. Petabuhan
Adalah arak dan berem yang dihaturkan setelah menghaturkan blabaran/segehan. Uniknya di atas di ujung botol tersebut terdapat patung garuda yang sudah berisi lobang warna patung yang sangat indah dengan kombinasinya.
8. Lantaran putih, kuning sepanjang 3 meter yang dibuka dengan kencang
9. Pekuluh (Tirta) dengan tedung kuning
10. Ida Ratu Ayu dengan tedung merah
11. Ida Ratu Dalem Alit dengan tedung putih
12. Ida Ratu Lingsir dengan tedung kuning
13. Ida Ratu Gede dengan tedung hitam
14. Dan paling ujung atau akhir adalah penabuh (sekehe gong) dan pangiring yang lainnya. Dimana indahnya nada satu dengan yang lainnya yang terdengar sangat harmonis dan dinamis. Saya mendengar tidak sembarang gambelan/gending tabuh yang bisa mengiringi rentetan pasukan mekiis/melis tersebut. Kebanyakan gending gambelannya diulang-ulang dan monotun.
Disamping itu saya juga melihat betapa seninya barisan itu dengan rapinya berjalan dari Pura Dalem Pengilen menuju segara untuk melaksanakan penyucian. Demikian laporan saya yang dapay saya sajikan, mungkin banyak kejanggalan di dalam penulisannya, kiranya para pembaca dapat menyarankan dan memberikan saran yang dapat membangun agar nantinya saya dapat menyajikan laporan yang lebih baik.

No comments: