Friday, December 19, 2008

Tumbuhan sebagai Obat

Ajasrngi-aja raksah sarvaan
gandhena naasaya.
(Atharvaveda.IV.37.2).
Atho Amivacatanah
Puutudrur naama bhesajam.
(Atharvaveda.VIII.2.28)

Artinya: Ajsringgi (odina pinnata) membasmi semua jenis kuman-kuman yang menular dengan baunya. Puuturu (pohon cemara, cedas) mengusir penyakit dan rasa sakit.

Mantram Veda yang saya kutip di atas hanya sebagian kecil dari mantram yang menyebutkan tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat pengobatan. Sesungguhnya banyak lagi mantram Veda yang menguraikan jenis tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat untuk obat. Tumbuh-tumbuha itu tumbuh di berbagai wilayah negara dengan nama dan jenis yang berbeda-beda. Tumbuh-tumbuhan atau flora itu memiliki makna tersendiri untuk mengabdikan dirinya pada kehidupan di dunia ini, baik kepada manusia maupun hewan. Ada tumbuh-tumbuhan yang menjadi bahan makanan bagi manusia, ada juga menjadi bahan obat-obatan untuk menolong manusia mengobati penyakitnya.

Jadi demikian besar jasa pengabdian flora tersebut pada kehidupan umat manusia di kolong langit ini. Oleh karena itu sudah sangat patut umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Bubuh untuk memuja Dewa Sengkara sebagai manifestasi Tuhan yang menciptakan serta memelihara tumbuh-tumbuhan.

Di Bali sendiri umat Hindu banyak juga mengenal tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit dengan dampak samping yang sangat minim. Misalnya seperti disebutkan dalam Lontar Usada Taru Premana. Lontar ini salah satu satu sumber pustaka yang utama untuk mempelajari tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai bahan obat-obatan. Dalam Lontar Usada Taru Premana ini disebutkan tumbuh-tumbuhan itu dapat berbicara pada Mpu Kuturan.

Diceritakan Mpu Kuturan mengalami beberapa kali kegagalan dalam mengobati orang sakit. Kemudian Mpu Kuturan pergi ke Pura Dalem melakukan Dewasraya untuk memohon petunjuk Bhatari Durgha. Karena khusuk meditasinya Dewi Durgha memberikan kekuatan niskala kepada Mpu Kuturan. Kekuatan tersebut berupa kemampuan untuk memanggil dan berdialog dengan tumbuh-tumbuhan. Dari kekuatan niskala itu Mpu Kuturan memanggil tumbuh-tumbuhan. Mula-mula pohon beringin yang dimintai bantuan untuk memanggil tumbuh-tumbuhan yang lainnya. Selanjutnya datanglah pohon salagui memperkenalkan diri. Pohon salagui (sida rhombifolia) menyatakan kegunaan dirinya. Salagui menyatakan dagingnya berkhasiat sejuk, dapat digunakan untuk obat bayi yang baru berumur lima hari. Akarnya dapat dijadikan urap (boreh).

Kemudian datang pohon Dadap yang menyatakan dagingnya berkasiat tis, kulitnya dapat dipakai mengobati perut kembung bila dicampur dengan ketumbar dan sebelas biji babolong (melalcuka laukadendrom) diisi garam hitam. Mpu Kuturaan dengan kemampuan gaibnya dapat berdialog dengan tidak kurang dari 100 jenis tumbuh-tumbuhan yang menceritakan khasiatnya masing-masing.

Taru Premana sesungguhnya nama seorang dukun (balian) mengobati. Menurut balian Taru Premana tumbuh-tumbuhan obat-obatan memiliki tiga khasiat. Ada yang berkhasiat anget, tis dan dumalada. Artinya hangat, sejuk dan sedang-sedang saja. Tumbuhan yang bunganya berwarna putih, kuning dan hijau mempunyai khasiat anget, sedangkan yang berbunga merah dan biru termasuk golongan yang berhasiat tis. Yang bunganya beraneka warna tergolong yang dumelada. Kalau ditinjau dari rasanya tumbuhan yang rasanya manis dan asam tergolong berkhasiat panas. Yang rasanya pahit atau pedas dan sepat termasuk berkhasiat tis.

Ketika pohon kepuh menanyakan kenapa Mpu Kuturan dapat berbicara dengan pohon-pohonan, Mpu Kuturan menjelaskan bahwa Mpu Kuturan bersama punggung tiwas mendapatkan panugrahan dari Bhatara di Sad Kahyangan untuk dapat menolong orang sakit dengan mengenali tumbuh-tumbuhan tersebut. Namun menurut Usada Yeh airlah merupakan obat paling utama untuk menghilangkan penyait asalkan disertai puja mantram tertentu. Karena itu cara pengobatan dengan Usada Taru Premana dan Usada Yeh yang digabung muncullah obat loloh, boreh dengan urap, simbuh, kompres (usug) dengan air hangat dan lain-lain.

Balipost 5 Desember 2001

No comments: